Saudaraku Iman yang dimuliakan Allah swt.
Banyak dalil baik didalam Al Qur’an maupun As Sunnah yang memerintahkan kepada kaum muslimin untuk senantiasa beramal dan tidak berhenti darinya hingga bertemu dengan Allah swt. Amal sholeh baik yang terkait langsung dengan akherat seperti sholat, puasa, jihad maupun yang terkait dengan dunia seperti mencari nafkah, bergaul dengan masyarakat adalah bekal yang paling berharga untuk kebaikannya di dunia maupun akherat. Amal ini juga merupakan cerminan keimanan seseorang kepada Allah swt.
Banyak dalil baik didalam Al Qur’an maupun As Sunnah yang memerintahkan kepada kaum muslimin untuk senantiasa beramal dan tidak berhenti darinya hingga bertemu dengan Allah swt. Amal sholeh baik yang terkait langsung dengan akherat seperti sholat, puasa, jihad maupun yang terkait dengan dunia seperti mencari nafkah, bergaul dengan masyarakat adalah bekal yang paling berharga untuk kebaikannya di dunia maupun akherat. Amal ini juga merupakan cerminan keimanan seseorang kepada Allah swt.
Diantara yang bisa menghambat bahkan tidak jarang menghentikan amal sholeh seseorang adalah rasa malas.
Malas adalah lemahnya kemauan, lebih mengutamakan istirahat daripada
lelah dan tidak mengerjakan suatu amal sementara dia memiliki
kesanggupan untuk melakukannya. Penyakit ini mudah sekali menghinggapi
manusia karena memang tabiat manusia cenderung kepadanya kecuali
mereka-mereka yang dirahmati Allah swt.
Untuk itu Rasulullah saw senantiasa berdoa : “Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat penakut dan
kerentaan. Aku berlindung kepada-mu dari fitnah kehidupan dan kematian
dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” (HR. Bukhori)
Ada beberapa sebab yang memunculkan sifat malas dalam diri seseorang :
1. Cenderung kepada tarikan syahwat yang sangat kuat.
Kecenderungan seseorang kepada hawa nafsu dan syahwatnya
mengakibatkan lemahnya kemauan dalam diri untuk melakukan berbagai amal
sholeh. Tidak jarang seseorang lebih mengutamakan sholat di rumah
ketimbang berjalan ke masjid, lebih memilih berkumpul dengan istri adan
anak-anaknya ketimbang keluar untuk berda’wah dan berjihad ataupun lebih
mengutamakan istirahat daripada bekerja dan beraktivitas.
Kalau kemalasan ini hanya terjadi sesekali saja mungkin masih bisa
diterima karena memang jiwa manusia memiliki keterbatasan untuk bisa
terus menerus berada dalam kondisi puncak baik didalam aktivias akherat
maupun dunia, sebagaimana hadits Rasulullah saw : “Sesungguhnya setiap
amal memiliki semangat kemudian penurunan maka barangsiapa penurunannya
mengajaknya kepada perbuatan bid’ah maka ia telah sesat namun barang
siapa yang penurunannya mengajaknya kepda sunnah (ku) maka ia telah
mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad)
Yang menjadi musibah dalam diri seseorang adalah ketika kemalasan ini
berlangsung secara kontinyu dan terus menerus baik secara sadar atau
tidak.
2. Lalai
Firman Allah swt : “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang
lalai.” (QS. Al A’raf : 205)
Jarangnya seseorang mengingat Allah swt disetiap waktu-waktunya
menjadi sebab seseorang menjadi lalai. Lalai akan kewajibannya kepada
Allah swt, Rasul dan Kitab-Nya, keluarga, masyarakat bahkan dirinya
sendiri.
Kelalaian inilah yang menjadikan ia tidak antusias untuk memperbanyak amal dikarenakan tidak adanya dorongan kuat dalam dirinya.
3. Panjang angan-angan
Ada perbedaan antara harapan dan angan-angan. Harapan selalu
dibarengi dengan usaha sedangkan angan-angan tidak pernah dibarengi oleh
usaha. Ada yang mengatakan,”Siapa yang pendek angan-angannya maka
terang hatinya, karena jika dia merasa sudah berada diambang kematiannya
pasti ia akan bersemangat dalam ketaatan kepada Allah, tidak banyak
keinginannya dan ridho dengan yang sedikit.”
Seseorang yang tenggelam dalam angan-angannya lupa bahwa segala
sesuatu yang menimpa manusia adalah sesuai dengan taqdir dan ketetapan
Allah swt. Diantara prinsip aqidah islam adalah usaha dan bertawakal
kepada Allah swt bukan berpangku tangan, bermalas-malasan dan pasrah
terhadap apapun yang akan terjadi pada dirinya.
Beberapa tips untuk mengusir rasa malas :
1. Memperbanyak dzikrullah.
Dzikrullah menjadikan hati seseorang merasa nyaman dan tentram dengan
Allah swt. Inilah yang menjadi senjata ampuh untuk menghadapi berbagai
tarikan hawa nafsu dan syahwat yang sering kali diprovokasi oleh setan
dengan bisikan-bisikannya. Firman Allah swt : “(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.
Ar Ro’d : 28)
Kemalasan seseorang untuk beramal sholeh atau beribadah adalah buah
dari bisikan-bisikan setan yang diikuti. Hal ini bisa terjadi pada saat
ingin memulai suatu amal atau ketika amal itu sedang berlangsung.
Bisikan-bisikannya kepada seseorang disaat ingin memulai amal bisa
dengan menghadirkan dalam dirinya hal-hal duniawi yang disukainya agar
ia terpedaya dan tidak jadi menunaikan amal itu dan beralih kepada apa
yang dibisikannya.
Kalaupun orang itu berhasil melalui ujian pertama itu dan tetap
melakukan amal sholeh maka setan menggunakan jurus yang lain yaitu
dengan membisik-bisikan dalam dirinya perasaan riya, ghurur, takabbur
atau penyakit-penyakit hati lainnya.
2. Memilih lingkungan yang baik.
Tidak jarang seseorang yang pada awalnya malas menjadi bersemangat
ketika menyaksikan orang-orang dikelilingnya begitu rajin. Sangat
mungkin seorang anak yang tadinya malas membaca Al Qur’an kemudian
menjadi bersemangat untuk membacanya setelah menyaksikan ayah atau
kakaknya yang begitu rajin membacanya.
Tepatlah apa yang dikatakan Ibnu Kholdun bahwa manusia adalah anak
lingkungannya, artinya orang-orang yang ada disekitarnyalah yang
membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Untuk itu seorang mukmin
haruslah memperhatikan lingkungannya, baik lingkungan rumah, kantor,
bisnis bahkan lingkungan bermainnya.
Dia harus melakukan penseleksian terhadap orang-orang sekitarnya,
siapa-siapa dari mereka yang akan menjadi kawan karibnya dan siapa-siapa
yang akan menjadi kawan biasanya. Karena kawan karib biasanya bisa
saling mewarnai berbeda halnya dengan kawan biasa. Sabda Rasulullah
saw,”Seseorang itu tergantung dari (kualitas) agama kawan karibnya maka
seseorang diantara kamu melihat siapa yang menjadi kawan karibnya.” (HR.
Abu Daud)
3. Memperbanyak berdoa kepada Allah
Dalam hal ini Rasulullah saw mengajarkan kepada kita
doanya,”Allahumma inni audzubika minal ajzi wal kasal wal jubni wal
haromi wa audzubika min fitnatil mahya wal mamat wa audzubika min
adzabil qobri, artinya; “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
kelemahan dan kemalasan, dari sifat penakut dan kerentaan. Aku
berlindung kepada-mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku
berlindung kepada-Mu dari adzab kubuق.” (HR. Bukhori)
Sesungguhnya hati manusia berada diantara jari jemari Allah swt,
Dialah yang kuasa mengarahkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk itu
agar hati ini terus diarahkan kepada kebaikan dan amal sholeh serta
dihilangkan dari berbagai penyakit termasuk rasa malas maka mintalah
kepada Allah melalui berdoa kepada-Nya, terutama doa diatas. Ucapkanlah
doa itu di saat pagi hari tatkala ia hendak memulai aktivitasnya dan
juga di saat petang hari tatkala ia mengakhiri aktivitasnya.
4. Menyadari kekeliruan dan mulailah melangkah.
Seseorang dikatakan baik ketika ia sudah menyadari kekeliruannya
sebaliknya seseorang dikatakan buruk ketika ia sudah merasa bahwa
dirinya baik. Kesadaran seseorang akan buruknya sifat malas adalah suatu
modal berharga untuk ia bisa menjadi lebih bersemangat.
Tentunya kesadaran tersebut haruslah disupport dengan kemauan kuat untuk memperbaiki agar bisa berubah menjadi suatu amal.
Kesadaran akan kekeliruan adalah awal hidayah Allah swt kepadnya maka
janganlah membuka kembali pintu-pintu setan untuk menguasainya
dikarenakan kelengahan kita didalam menindaklanjutinya.
Untuk itu mulailah melangkah, seseorang bisa berjalan ribuan
kilometer dikarenakan orang itu memulainya dengan satu langkah. Satu
demi satu langkahnya diayunkan dengan keyakinan bahwa ia akan sampai
pada titik akhir perjalanan yang diinginkannya.
Sesungguhnya perjalanan yang akan ditempuh masih sangat panjang untuk
itu diperlukan kebersihan niat, kesabaran dan ketawakalan kepada Allah
swt.
Wallahu A’lam
copy : www.eramuslim.com
Posted By Really Really Good
Jangan Asal Copy Paste, Jangan Lupa Cantumkan Link Aktif !!! baca aturannya ^_^
Jangan Asal Copy Paste, Jangan Lupa Cantumkan Link Aktif !!! baca aturannya ^_^
Artikel lain yang mungkin ingin anda baca!
Silahkan Gunakan Facebook Comment, Jika Anda Tidak Memiliki Url Blog!
Responses
0 Respones to "Cara Mengusir Malas Dalam Ibadah"
Komentar Sobat Sangat Berarti Bagi Kami